Oleh; Abdullah Zulfa
Manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan. Tujuan itu mulai tergambar pada benak manusia ketika manusia sudah mulai memasuki umur keremajaannya. Dalam umur remaja ini manusia memiliki macam-macam tujuan hidup tergantung pada fase sebelum remaja yaitu fase anak-anak, karena pada fase anak-anak ini manusia mendapat stimulant dari luar seperti lingkungan mereka dan yang paling mendominasi stimulannya ialah orang tua. Walaupun bermacam-macam stimulant yang dimilki pada fase remaja sampai dewasa tetap berkutat pada dua dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi dunia akhirat. Untuk membuktikan tujuan-tujuan tersebut dapat kita perhatikan aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam hidupnya. Ada yang mempunyai aktivitas hanya untuk mengejar materi dan ada yang mempunyai aktivitas untuk mengejar nilai-nilai dan materi.
Dengan terbaginya tujuan hidup menjadi dua sudah dapat pula dibagi bahwa manusia akan mendapat balasan dua bentuk pula, balasan buruk dan balasan baik. Balasan buruk kita sebut dengan azab neraka dan balasan baik disebut nikmat surga. Untuk mengetahui bagimana perjalanan panjang manusia dalam menggapai tujuan yang akan mempunyai konsekwensi itu dengan melihat apakah manusia mempunyai petunjuk yang benar-benar mereka jalani dan taati atau tidak.
Marilah kita cermati fenomena kehidupan social saat ini, dimana media massa baik elektronik maupun cetak berperan banyak sekali pada semua aspek kehidupan manusia. Apalagi di kehidupan lingkungan perkotaan akses informasi yang tidak dapat diketahui kecepatannya, dengan adanya internet semua informasi dapat diakses dengan begitu cepatnya tidak kenal ruang yang jauh. Walaupun ruang itu tidak pernah dilihat apalagi pernah datang ketempat tersebut, namun akan dapat diketahui keadaan ruang itu dengan mengotak atik internet, maka tampilan demi tampilan yang diperlihatkan begitu saja bisa mengantarkan pengakses pada informasi apa saja yang ia iangin dapatkan.
Kalau di pedasaan rata-rata pada setiap rumah memiliki televise yang siap ditonton kapan saja, sedangkan di kota sudah banyak terdapat warnet atau area hot spot yang bisa diakses kapan saja sesuai keinginan orang. Dengan demikian, cultur daerah setempat bisa salaing mengetahui, oleh masing-masing manusia yang menempati salah satu daerah atau kota bahkan Negara dapat mengetahui keadaan daerah lainnya atau Negara lainnya pula. Dengan informasi yang begitu luas yang tersebar ke masyarakat tanpa ada penyaringan akan dapat membuat kerancuan cultur. Kita bisa melihat cara berpakaian anak muda zaman sekarang ini, hampir semuanya sama rata tidak kenal ruang, baik yang ada di Jakarta, Medan, Sumatra, Denpasar, Mataram dan lainnya. Yang lebih ekstrimnya lagi tidak kenal agama, semua cara berpakaiannya sama.
Fenomena seperti itu sudah menandakan persaingan antar agama atau antar pemikiran manusia. Artinya siapa yang menguasai media, maka tampilan pemikirannyalah yang akan mewarnai dan diikuti banyak orang. Karena media selain perannya sebagai pemberi informasi juga di sisi yang lebih dalam dapat mengubah manusia dengan informasi yang disampaikannya. Telah terbukti bahwa manusia zaman sekarang ini dalam kehidupannya lebih banyak yang terfragmentasi oleh trend yang sedang berlaku atau terpampang di sudut-sudut kolom media. Trend itu tidak melihat budaya, adat, bahkan agama sekalipun. Maka boleh dibilang sekularisasi kehidupan sedang berjalan di muka bumi.
Sekarang kita coba cermati manusia yang memeluk agama, karena kita berada di Indonesia yang mayoritas agama Islam maka mari kita lihat manusia yang beragama Islam dengan membadingkan kehidupannya dengan yang beragama lain. Banyak manusia yang mengaku Islam namun kelakuannya sama saja dengan mereka yang tidak beragama Islam. Dalam kehidupan kesehariannya tidak menunjukkan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kitab suci al-Qur’an dan sunnah nabi.
Bagi manusia yang memeluk agama Islam sebenarnya tidak ada pilihan lain yang harus diikuti adalah al-Qur’an dan sunnah nabi. Jika ada yang mengambil petunjuk dari yang lain maka sebenarnya secara tidak langsung sudah mengingkari kesepakatan awal bahwa ia telah memilih Islam. Mari kita perhaitkan bagaimana seseorang bisa dikatakan sebagai muslim. Persyaratan pertama yang harus dilakukan ialah mengikrarkan bahwa ia telah memeluk Islam dengan menyebut dua kalimah syahadah, setelah menyebut dua kalimah syahadah maka persyaratan lainnyapun menyusul ketika waktunya sudah datang seperti mendirikan salat, berpuasa pada bulan ramadhan, membayar zakat, dan menununaikan hajji jika mampu. Semua persyaratan untuk menjadi muslim tadi intinya pada persyaratan pertama, persyaratan kedua sampai keempat merupakan konsekwensi dari persyaratan pertama. Oleh karena itu, yang harus disempurnakan terlebih dulu ialah persyaratan pertama.
Kita semua mengetahui bahwa persyaratan pertama untuk menjadi muslim dengan membaca dua kalimah syahadah. Namun perlu diketahui juga bahwa bacaan dua kalimah syahadah tersebut tidak seenteng mengucapkan kalimat biasa seperti ucapan-ucapan keseharian. Pengucapan dua kalimah syahadah harus terintegrasi semua aspek yang terdapat dalam diri masnusia, yaitu aspek kesadaran kognitif. sadar dengan ucapannya yang tergambar pada pengetahuan tentang arti dari apa yang diucapkan. Kedua, aspek kesadaran hati. Tidak mempunyai pilihan lain selain meng-ia-kan perkataan yang telah diucapkannya tanpa ada rasa keragu-raguan sedikitpun, konsentrasi penuh atau mengosongkan hati untuk diisi oleh syahadah yang diucapkan. Ketiga, pembuktian. Dari kalimah yang diucapkan harus disertakan dengan pembuktian dalam bentuk tindakan. Tindakan sangat diperlukan karena sesuatu hal dapat disebut sebagai nilai apabila sesuatu itu sudah dilakukan. (bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar