Gerakan Mahasiswa Intelektual Yakusa

Dengan Iman Ilmu dan Amal Kita Berjuang Yakin Usaha Sampai
Selasa, 22 Maret 2011

0
TUHANPUN BENGONG


Pada suatu senja yang temaram, di salah satu masjid tua di tengah Kota mataram. Dua orang duduk bersisian di pojok belakang. Sang gadis tampak kikuk dan asing, sedangkan sang pria terlihat begitu terbiasa dan menikmati suasana yang ada. Sesaat sebelum ekaristi dimulai dua orang itu memejamkan mata dan meronce doa.

Inilah doa yang keluar dari sang pria “Tuhan aku bersyukur untuk seseorang yang boleh ada disampingku saat ini. Jikalau aku boleh memohon, kiranya Kau berikan sosok yang ada di dekatku ini untuk menjadi pendamping hidupku. Dalam tanganMu sajalah kuserahkan semuanya. Amin”.

dan ini doa sang gadis “Bapa aku bersyukur untuk kebersamaanku dengan dia saat ini. Tapi aku tahu kami tak mungkin bersama. Aku mohon supaya Engkau menjagai hatiku ya Allah. Beri aku hati yang bisa menerima semua keadaan dan tetap setia dengan dia yang jauh di sana. Dalam namaMu doa ini kupanjatkan. Amin”.

Iblis di kejauhan mulai tersenyum.

Sedangkan di kota lain yang berjarak ratusan kilometer seorang pria juga tengah berlutut sambil berdoa “Bapa aku bersyukur untuk semua hal yang boleh terjadi dalam hidupku. Saat ini kuserahkan dia yang jauh di sana ke dalam tanganMu. Kiranya Engkau jagai dia senantiasa dan Kau berkati dia dengan semua hal-hal yang baik. Dalam tanganMu doa ini aku peralaskan. Amin”.

Malaikat penjaga tersenyum.

Tuhan pun tersenyum. Entah doa siapa yang akan Dia kabulkan.
Jumat, 18 Maret 2011

0
MANUSIA DALAM KEHIDUPAN


Oleh; Abdullah Zulfa
Manusia sejak lahirnya mempunyai fitrah untuk terus berkembang menuju “menjadi”. Dari terlahir hanya bisa menangis sampai menjadi tertawa dan berbicara, dari tidak tahu apa - apa menuju berpengetahuan, dari sendirian menuju berpasangan, dan terahir dari terlahir menuju liang lahat. Inilah deretan fenomena yang sudah dan akan terus dilalui manusia dari zaman ke zaman. Semua yang dilalui manusia terbungkus dalam aktivitas kuda putih dan kuda hitam. Begitu pula dengan manusia juga ikut terbungkus olehnya, bila manusia berhasil mendapatkan bungkus putih maka baiklah ia tapi bila yang didapat bungkus warna sebaliknya, maka jeleklah ia.
Artinya dalam kehidupan ini hanya diselimuti oleh dua hal di atas hitam dan putih (baik dan buruk). Manusia mempunyai peran strategis diantara hitam dan putih, kelebihannya sebagai insane yang paling sempurna di muka bumi membuat manusia bisa memilih mana pos yang diinginkannya, tinggal tindakan yang disesuaikan. Tindakan manusia merupakan akhir dari cara ekspresi manusia untuk mengaktualisasikan keinginannya.
Namun banyak terlihat sekarang ini bahwa tindakan manusia tidak sesuai dengan apa yang diyakini, tidak sesuai dengan apa yang difahaminya sehingga akibat dari semua itu tatanan social kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai ilahiah sangat jauh dari harapan. Tentunya tidak ada lain harapan manusia ialah mendapat ketenangan bathin, kemerdekaan terhadap materi, kognitif yang berkualitas, dan biologis yang tersalurkan. Semua manusia bila ditanyakan sudah jelas menginginkan semua itu, tapi kembali kepada rumus keyakinan, pemahaman, dan tindakan yang tidak boleh bertentangan satu dengan lainnya harus dipegang. Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara memegang rumus tersebut?
Di HMI ada istilah iman, ilmu, dan amal. Dalam pendidikan yang diberikan di HMI selalu mengarahkan para kader-kadernya untuk bagaimana bisa menyelaraskan ketiganya. Kader HMI sebagai manusia yang memeluk agama Islam diarahkan supaya memegang teguh akidah Islamiyah yang tidak mudah dirongrong oleh pihak luar. Begitu juga dengan keilmuan, kader-kader HMI selama ini telah terbukti sebagai pemikir-pemikir pembaharu yang menyelaraskan keilmuan dengan kondisi zaman. Amal akan mandul tanpa adanya iman dan ilmu, amal seperti itu malahan lebih rendah dari perbuatan binatang yang jauh bumi dengan langit kalau dibandingkan dengan manusia.
Menilik kepada kehidupan kampus dewasa ini sudah maklum kalau kampus sarat dengan nuansa akademis dan etis tapi selain itu dapat juga diambil tesis berbalik bahwa “di mana-mana kampus berdiri di situ pula berdiri kemaksiatan”. Mahasiswa yang sedari dulu mengatakan dirinya sebagai “agent of change” tidak salah bila membaca refrensi-refrensi sejarah pergerakan mahasiswa yang ada, tapi lacurnya “agent of change” sekarang ini sudah dapat ditafsirkan kembar. Penafsiran biasa atau penafsiran lama dan penafsiran baru yang sesuai dengan kondisi mahasiswa.
Kota tempat Kampus-kampus perkuliahan didirikan biasanya di pusat kota, keadaan kota kini kebanyakan sudah larut dengan urbanisasi. Dengan urbanisasi tersebut manusia satu dengan lainnya tidak saling mengetahui secara mendalam, bila sudah tidak saling ketahui maka sifat saling tidak mahu tahu pun terjadi, efeknya tidak ada yang memberikan apsesiasi bila seseorang melakukan kebaikan dan tidak ada yang menegur bila seseorang melakukan kebejatan. Kehidupan kota telah menempatkan diri dengan kehidupan serba materi, segala sesuatu dilihat dengan penglihatan materi. Bila memberikan apresiasi mendatangkan materi baru dilakukan, bila menegur itu tidak mendapatkan materi dan mendatangkan masalah tidak berani dilakukan. Inilah kehidupan kota tempat mahasiswa menuntut ilmu. Tidak banyak yang bisa lolos dari jeratan kehidupan kota, kebanyakan mahasiswa terjerat dan teciprat lumpur kehidupan kota yang kejam. Stetemen ini akan dirasa benar bila pernah membaca hasil penelitian mahasiswa Yogyakarta yang kebanyakan telah melakukan seks (baca seks in the kos).
Dengan fenomena seperti itu, diperlukan formula yang bisa mengantisipasi terjadinya kejadian tersebut. Pengantisipasiannya memang harus dimulai dari diri sendiri dan lingkungan untuk bisa berbuat secara bersama-sama (collective action). Untuk bisa menuju collective action diperlukan ruang dialog menyatukan pandangan, dalam hal ini organisasilah refresentasi dalam menyatukan pandangan. HMI dapat menjadi salah satu pilihan diantara organisasi-organisasi lain.
Kunci kehidupan yang baik ialah dengan menaklukkan kedua kuda tadi yitu kuda putih dan kuda hitam. Bila dipikirkan dengan melihat hakikat dari semua itu bisa dikatakan bahwa manusia hidup hanya pada dua waktu, siang dan malam. Dengan adanya siang dan malam, semua yang menyangkut dengan manusia terjewantahkan menjadi feomena yang disebut dengan sejarah. Baik dan buruknya sejarah yang ditinggalkan manusia tergantung dari bagaimana mengajak kuda putih dan kuda hitam tadi bermain.
Semua bentuk perbuatan manusia itu tergolong menjadi dua bentuk. Bermakna dan tidak bermakna. Perbuatan yang tidak dilandasi tanpa didasari iman dan ilmu pengetahuan akan lebih besar peluangnya menjadi tidak bermakna sedangkan perrbuatan yang dilandasi dengan iman dan ilmu pengetahuan akan mengantarkan manusia kepada pencarian dalam hidupnya. Pencarian dalam hidup ada yang sebatas dunia dan ada pula sampai akhkirat.
Kehidupan manusia ialah iman, ilmu, dan amal yang diekspresikan dalam waktu siang dan malam.
Minggu, 27 Februari 2011

0
ISLAM HISTORIS DAN A HISTORIS/NORMATIV

1. Pengertian Islam Historis dan a Historis/Normativ

Islam historis sebagaimana di jelaskan oleh Amin Abdullah dalam bukunya studi islam; normativitas/historisitas ? mengatakan bahwa, islam historis merupakan islam yang memuat nilai-nilai kesejarahan yang built in yang mengiringi perkembangnannya. Atau dengan kata lain islam historis merupakan islam yang di lihat dari perspektif kesejarahan. Sebagai contoh keterlibatan suatu peristiwa yang menyebabkan sebuah ayat al-Qur’an turun adalah aspek kesejarahannya, sedangkan ayat yang turun itu merupakan aspek normativ islam yang kedudukannya adalah absolute, sehingga kebenaran yang ada di dalam al-Qur’an merupakan kebenaran yang pasti. Sedangkan Islam Normative di maknai sebagai islam yang datang un sich memuat nilai-nilai, aturan, etika yang murni dari Tuhan tanpa adanya intervensi manusia.
Aspek historis islam memuat nilai-nilai subjektif, sedangkan islam normative memuat seperangkat nilai-nilai yang kebenarannya absolute. Sebagai sebuah teks, al-Qur’an tidak dapat menghindari diri dari adanya proses penafsiran. Proses penafisran inilah yang memungkinkan seorang mufassir tidak dapat terhindar dari kerangka subjektif yang di milikinya. Baik dari aspek sosiologis, ideology, antropologi, psikologi, pendidikan, penglaman dan lain sebagainya. Sehingga bisa di pastikan tidak ada haasil tafsir yang kedudukannya benar-benar benar. Dengan kata lain, al-Qur’an yang memuat seperangkat nilai-nilai hidup manusia, merupakan pedoman yang kebenarannya absolute, sedangkan penafsiran atas al-Qur’an itu merupakan hal yang relative. Terkait dengan hal ini, M.Shofan menyatakan pemahaman yang harus kita berikan kepada al-Qur’an harus bersifat relative absolute. Ia relative karena produk nalar yang serba terbatas, namun memiliki nilai absolute kareena yang di kaji dan di imani adalah firman Tuhan.
Istilah islam histories sendiri banyak di kemukakan oleh para pemikir islam kontemporer dan menjadi tema sentral mereka. Di Indonesia sendiri, istilah ini sering di pakai oleh Prof. Amin Abdullah (sekarang Rektor UIN Jogjakarta ) untuk memebahasakan ada begitu banyak dimensi dalam islam. Dimensi-dimensi yang secara tidak langsung tidak kita sadari telah menyatu ada dalam kehidupan ummat beragama. Menyerap masuk dan mengembang dalam kesejarahannya. Di salah satu tulisannya, ketika memberikan kata pengantar di salah satu buku serial tentang pemikirian islam, Amin Abdullah mengatakan “selain cirri dan sifat konvensionalnya yang memang mengasumsikan bahwa persoalan keagamaan hanyalah semata-mata persoalan ketuhanan, agama juga terkait erat dengan persoalan historis cultural yang juga keniscayaan manusia belaka. Selain itu Nasr Hamid Abu Zayd pemikir asal Mesir ini juga sangat intens berbicara tentang sisi-sisi normativitas dan historisitas islam. Menurutnya wilayah teks asli islam : al-Qur’an dan sunnah otentik merupakan sisi normative islam yang kebenarannya pasti. Sedangkan penafsiran para ulama terhadap teks asli tersebut merupakan sisi historis islam. Selanjutnya Abdullah Saeed, menjelaskan sisi normative islam yang tidak boleh di ganggu gugat adalah nilai-nilai pokok dari ajaran islam, sedangkan penafsiran terhadap nilai-nilai pokok tadi bersifat historis yang relative. Sementara itu Fazlurrahman pemikir asal Pakistan menyebut normativitas islam dengan high tradition dan low tradition untuk historisitas islam. Dan pemikir islam lainnya yang juga sering di anggap sebagai pelopor neo-mu’tazilah asal Indonesia, Harun Nasution, dalam bukunya “islam di tinjau dari berbagai aspeknya” dengan begitu sangat cerdas membagi dimensi histories islam dan a histories/normativ dalam dua bab yang berbeda. Bab II bercerita tentang islam yang di lihat dari aspek iadat, latihan spiritual, dan ajaran moral yang bersifat absolut. Sedang pada Bab III khusus berbicerita tentang islam dari aspek sejarah dan kebudayaannya sebagai bagian dari historisitas islam yang bersifat relativ.
Sebagai sebuah agama, islam tidak hanya di dasarkan kepada wahyu yang bersifat transcendental, tetapi di sandarkan pada proposisi logika dalam menafsirkan wahyu tersebut. Sangatlah mustahil, islam akan menjadi agama besar seperti sekarang ini, jika tidak memberikan porsi yang memadai terhadap akal. Bahkan al-Qur’an jelas-jelas mengatakan bahwa sebuah kezaliman bagi mereka yang tidak menggunakan akalnya untuk berfikir. Agaknya tidak bisa di pungkiri bahwa berlangsungnya pertentangan antara kelompok literal dan liberal dalam kancah pemikiran islam, berpangkal dari sikap mereka terhadap al-Qur’an.
Di tangan ummat islam khususnya, kehadiran teks al-Qur’an telah melahirkan pusat pusaran wacana ke-islaman yang tak pernah berhenti, bahkan gelombangnya semakin membesar, yaitu sebuah gerak sentripetal dan sntrifugal. Gerak sentrfugal di maksud adalah karena teks-teks al-Qur’an itu ternyata mempunyai daya dorong yang sangat kuat bagi umat isslam untuk melakukan penafsiran dan pengembangan makna atas ayat-ayatnya yang untuk selanjutnya, terjadilah pengembaraan intelektual karena dorongan al-Qur’an tersebut. Adapun gerak sentripetal adalah seluruh wacana keislaman yang telah berlangsung selama berabad-abad dan telah melahirkan sekian banyak tafsir dan komentar mengenai pelbagai bidang persoalan hidup yang sekuler, namun upaya untuk selalu meujuk kepada al-Qur’an juga semakin kuat. Dengan demikian bisa di pastikan perilaku keberagamaan umat beragama tidak bisa lepas dari pengaruh teks agama berikut panafsirannya. Wajar kalau kemudian fenomena fundamentalisme, radikalisme, fanatisme, bahkan ekstremisme umat beragama bermula dari penafsiran teks yang serba formalistik simbolik sehingga terkesan kaku, rigid dan tidak fleksibel.
Fenomena fundamentalisme beragama merupakan respons langsung terhadap modernisasi dan sekularisasi. Modrnisasi bagi muslim konservatif, umumnya di anggap sebagai sesuatu yang setali tiga uang dengan Westernisasi. Kecendrungan untuk menolak nilai-nilai modernitas di yakini Nasr Hamid Abu Zayd seorang pemikir islam dari Mesir, merupakan akumulasi dari kesangsian terhadap nilai-nilai modernitas yang sebenarnya bertentangan dengan islam. Modernitas dalam pandangan kelompok ini di anggap sebagai embrio mekanisasi manusia dan pada gilirannya mengeliminasi dimensi spiritual manusia. Pada dasarnya fundamentalisme islam bergelora melalui penggunaan bendera jihad untuk memperjuangkan agama persis yang di ungkapkan Kimball, jihad dalam kerangka menegakkan perintah suci Tuhan yang di anggap pelakunya sebagai jalan suci. Pertanyaannya, apakah semua tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan perintah Tuhan, benar-benar tepat seperti yang di kehendaki oleh Tuhan sendiri ? atau jangan-jangan hanyalah berdasar ego semata untuk menghegemoni umat yang selanjutnya menggiring mereka menuju kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok tertentu?.
pembahasan mengenai islam historis dan normative ini sangat penting, mengingat kebanyakan umat islam tidak mampu memahami mana batasan-batasan wilayah normative islam yang tidak boleh di ganggu gugat, dan mana wilayah islam yang bisa di dialogkan. Sehingga “ke-elokan” islam meminjam bahasanya M.Syafi’I Ma’rif menjadi kelihatan sangat kabur. mengetahui batasan-batasan historis dan normative islam menjadi kebutuhan kita umat islam saat ini. Timbulnya konflik dan pertentangan terhadap perbedaan ideology, perbedaan sikap idealismenya adalah buntut dari ketidakmampuan kita untuk memahami wilayah-wilayah yang boleh di jadikan discourse islam dan yang tidak. Lihat saja konflik internal umat sendiri. Di tataran fiqhiyah ada berapa Firqah yang bersitegang mempertahankan ego atas tafsir yang di lakukannya. Selain itu di kubu ekstern umat juga tidak kalah tegang. Islam menyerang Kristen dan sebaliknya, yahudi membantai umat islam di Pakistan, pengusiran Jama’at Ahmadiyah dengan tanpa memperhitungkan nilai-nilai kemanusiaan. Merupakan contoh kecil dari ketidakmampuan kita untuk melihat batasan-batasan wilayah historis dan normative islam. Sebagai bentuk konkrit untuk memahami dimensi historis islam ini, adalah praktek sholat.. Secara normative sholat Shubuh ada dua rakaat tanpa Tanya. Sedangkan Qunut yang di anggap oleh sebagian orang adalah perkara sunnah merupakan persoalan historis yang sangat subjektif. Karena ia sifatnya historis, maka tidak perlu ada permasalahan apakah seseorang mau menjalankannya atau tidak. Persoalan normative islam merupakan persoalan Tuhan semata tanpa Tanya. Sedang persoalan historis islam membutuhkan pertnyaan dan pengkajian lebih lanjut. Dan disinilah letak discourse islam selanjutnya.
2. Hubungan antara kekerasan yang mengatasnamakan agama dengan pola pemahaman keberagamaan kita
a. Fundamentalisme Islam
Istilah Fundamentalisme, pertama kali muncul pada kalangan penganut Kristen (Protestan) di Amerika Serikat sekitar tahun 1910-an. Istilah ini di pakai oleh kaum Protestan amerika awal untuk membedakan diri dari kaum protestan yang lebih liberal. Sejak saat tulah “fundamentalisme” di pakai secara bebas untuk menyebut gerakan-gerakan Purifikasi (pemurnian ajaran) yang terjadi di berbagai agama dunia. Kendati demikian, semua gerakan fundamentalisme memiliki pola-pola tertentu.
Fundamentalisme merupakan mekanisme pertahanan (defense mechanism) yang muncul sebagai reaksi atas krisis yang mengancam. Di lihat dari akar munculnya fundamentalis Al-asymawi dalam buku al-islam al-siyasi sebagaimana di kutip oleh Shofan mengatakan bahwa istilah fundamentalisme awalnya berarti umat Kristen yang berusaha kembali ke asas ajaran Kristen yang pertama. Term ini kemudian berkembang lalu di sematkan pada setiap aliran yang keras dan rigid dalam mneganut dan menjalankan ajaran formal agama, serta ekstrem dan raikal dalam berfikir dan bertindak. Hingga komunitas islam yang berkarakter demikian kena imbas di sebut fundmentalisme, dan istilah fundamentalisme islam-pun muncul.
Dalam perjalanannya, istilah fundamentalisme ini di lebarkan untuk semua gerakan revivalisme islam. Lalu kemudian di sempitkan untuk gerakan muslim radikal/ekstrem/literal/garis keras. Dan penyempitan inilah yang sering di jadikan sebagai relation meaning bagi kata muslim fundamentalis. Ada sejumlah asumsi terkait dengan fenomena fundamentalisme. Salah satunya di berikan oleh Ulil Abshar Abdalla Koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL), mengtakan bahwa ada sejumlah asumsi dalam fundamentalisme, pertama, dan ini yang paling berbahaya (tentu berbahaya dalam pandangan Non-Fundamentalis) adalah bahwa manusia bias memahami secarra praksis kehendak Tuhan , yaitu melalui kitab suci. Apa yang tertera dalam kitab suci dengan benar dan persis, dengan sendirinya kita akan melaksanakan kehendak dan keinginan Tuhan. kedua, kitab suci sepenuhnya bersifat Ilahiyah tidak memuat pengaruh-pengaruh yang sifatnya histories, karenanya kalau tidak mengikuti ketentuan-ketentuan hukum Tuhan ada dalam al-Qur’an seperti hukum potong tangan bagi yang mencuri, dia melawan hukum Tuhan.

b. Pluralitas sebagai Sunnatullah
Dalam konteks islam, pluralitas di yakini sebagai ketentuan ALLAH SWT yang bersifat alamiah (sunnatullah). Sebagaimana di nyatakan dalam surat al-Hujurat (14:13). Oleh karena itu secara teologis ada dorongan untuk menerima secara positif pluralitas, termasuk pluralitas agama. Namun dalam tataran empiris menunjukkan fakta bahwa semakin plural sebuah masyarakat maka semakin rawan pula untuk terjadinya konflik. Artinya dalam tataran empiris lebih banyak terjadi justru efek neegatif dari pluralitas. Terbukti dengan banyaknya terjadi ketegangan dan konflik dalam masyarakat karena perbedaan-perbedaan keyakinan agama. Hubungan yang tidak harmonis , ketegangan dan konflik antar kelompok solidaritas keagamaan masih terus terjadi di berbagai tempat hingga kini, baik antar warga masyarakat yang berbeda agama maupun pemeluk agama yang sama, namun berbeda versi pemaahaman, aspirasi atau idealisme keagamaannya.
Dalam konteks ke-indonesiaan yang di kenal sebagai bangsa yang memiliki keragaman etnis, bahasa, budaya dan agama. Dari segi etnis tidak kurang dari 400 ribu buah dengan bahasa masing-masing. Sedangkan dari segi agama, jumlah agama yang di nyatakan abash secara legal formal oleh pemerintah, yaitu, Budha, Hindu, Islam, Kristen dan Konghucu. Legalitas itu secara tegas di ungkapkan dalam UUD 1945 yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-massing dan untuk beribadah menurut keyakinan dan kepercayaannya itu. Maka tak pelak pula potensi munculnya kekerasan yang mengatasnamakan agama selalu ada.
Pengakuan terhadap pluralisme agama dalam sebuah komunitas social menganjurkan di kedepankannya prinsip inklusivitas (keterbukaan), suatu prinsip yang mengutamakan akomodasi dan bukan konflik di antara mereka. Sebab, pada dasarnya masing-masing agama mempunyai berbagai klaim kebenaran yang ingin di tegakkan terus. Sedangkan realitas masyarakat yang ada terbukti heterogen secara cultural dan religius.
Pluralisme aadalah fakta social yang selalu ada dan telah menghidupi tradisi-tradisi agama-agama. Walau demikian, dalam menghadapi dan menanggapi kenyataaan adanya berbagai agama yang demikian pluralistik itu. Agaknya setiap umat beragama tidaklah monolitik, mereka cenderung menempuh cara dan tanggapan yang berbeda-beda, yang jika di ktegorisasikan terbelah menjadi dua. Pertama, kelompok yang secara mutlak menolak gagasan pluralisme agama. Mereka biasanya di sebut sebagai kelompok ekslusiv (the other name). dalam memandang agama orang lain kelompok ini seringkali menggunakan standar-standar penilaian yang di buatnya sendirinya sendiri untuk memberikan vonis dan meenghakimi orang lain. Standar ganda dalam menilai sesuatu akan menyebabkan yang satu eksis dan dan lainnya kehilangan eksistensi dirinya. Mereka memilki kecendrungan membenarkan agamanya sambil menyalahkan orang lain. Memuji agama diri sendiri seraya menjelekkan agama yang lain. Kedua, kelompok yang menerimaa pluralism agama sebuah kenyataan yang tak tehindarkan. Kelompok ini biasanya berpandangan agama semua nabi adalah satu. Mereka menganut pandangan tentang adanya titik semu persamaan sebagai benang merah yang mepersambungkan seluruh ketentuan doctrinal yang di bawa oleh setiap nabi. Bagi kelompok kedua ini cukup jelas bahwa yang membedakan ajaran masing-masing adalah dimensi-dimensi yang bersifat teknis-operasional.

C. Hermeunetik; upaya menggagas agama Nir-kekerasan
Otonomisasi teks
Berawal dari sebuah ungkapan Arab “al muhaafazatu ‘ala qadimi as-shalih wal-akhzu bil jadid asl-ashlah”. Artinya memelihara tradisi-tradisi lama yang baik, yang masih relevan dengan perubahan serta mengambil hal-hal baru untuk meperbaikinya. Maka sub dari temadi atas pun hadir ke tengah-tengah pembaca. Hermeunetik pada dasarnya adalah suatu metode atau cara untuk menafsirkan symbol yang berupa teks atau sesuatu yang di perlakukan sebagai teks untuk di cari arti dan maknanya, dimana metode hermeunetik ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak di alami, kemudian di bawa ke masa sekarang.
Ketika ada begitu banyak permasalahan keagamaan yang muncul, seringkali di kaitkan dengan pola pemahaman yang di anut. Asumsi demikian kiranya benar ketika secara langsung umat memahami kterlibatannya ketika menjalankan nilai-nilai agama yang di dasari oleh pemahaman mereka terhadap kitab suci. Proses pemahaman inilah yang mau tidak mau melibatkan faktor-faktor subjaktif dari sang penafsir. Anehnya, dari subjektifitasnya inilah dia kemudian melahirkan....................

Penggunaan hermeunetika dalam penafsiran teks-teks keagamaan, belakangan mendapatkan perhatian yang cukup intensif. Kajian-kajian hermeunetis terhadap teks-teks keagamaan memang menjadi penting, ketika perjalanan kehidupan beragama seringkali tidak bisa melepaskan diri dari ketegangan antara konteks dan teks. Hermeunetik membantu membedah proses pemahaman (understanding), penafsiran (interpretation) dan penerjemahan (translating) atas sebuah teks, baik tertulis ataupun tak tertulis, untuk selanjutnya di sampaikan kepada masyarakat yang hidup dalam dunia yang berbeda. Berkembangnya wacana pembumian kitab suci di hampir semua agama-agama dunia ketika memasuki dunia modern, juga memaksa al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam untuk mengikuti metode yang sama. Hal ini dirasa sangat penting, mengingat kompleksitas masalah yang semakin menjamur di era modernisme ini. Masalah-masalah baru yang sebelumnya tidak pernah ada, memaksa islam sebagai agama rahmat lil ‘alamin untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan tersebut. Guna menjalankan agenda tersebut, maka alternatif yang sangat solutif yang mungkin biasa di perbuat adalah dengan merubah tafsir keagamaan yang selama ini di anut secara konvensional ke penafsiran yang cukup terbuka dan toleran. Hal inilah yang di sadari betul oleh para aktivis muda islam yang tergabung dalam jaringan islam liberal (JIL) yang secara intensif mengkaji ajaran-ajaran agama islam supaya bias berdialog dengan konteks dan realitas secara produktif dan progresif. Dalam pandangan mereka, islam akan benar-benar menjadi agama rahmat lil ‘alamin manakala secara empirik islam bisa bersahabat dengan realitas yang setiap saat mengalami perubahan. Dengan kata lain sebagaimana yang di ungkapkan oleh Ulil Absahar Abdalla sebagaimana di kutip oleh Shofan “bagaimana kita bisa hidup sesuai dengan tuntunan teks agama di satu pihak, tetapi di pihak lain kita juga bias menempatkan diri secara kongruen dengan perkembangan-perkembangan kemanusiaan. Bagaimana, di satu pihak kita bisa terus menyesuaikan diri dengan perubahan, tetapi di pihak lain, tetap menjadi muslim yang baik ?”. Jika Islam ingin tetap eksis, maka islam harus di tafsirkan dan di hadirkan secara liberal-progresif dengan metode hermeunetik. Karena dengan metode inilah yang paling memungkinkan sebagai tawaran penyelesaian permasalahan keberagamaan kita yang saat ini sedang mengalami krisis.

0
Islam Historis

Tantangan teologi paling besar dalam keehidupan beragama sekarang ini adalah bagaimana seorang beragama biasa mendifinisikan dirinya di tengah-tengah agama lain. Atau istilah yang lebih teknis yang bias di pakai dalam literature kontemporer teologi adalah bagaaimana bias berteologi dalam dalam konteks agama-agama. Di tingkat teologis yangmerupakan dasar dari agama itu, muncul keingungan khususnya menyangkut kita harus mendifinisikan diri di tengah agama-agama lain yang juga eksis dan punya keabsahan. Dengan realitas yang demikian, nampaknya tidak terlalu salah, jika ada penyataan bahwa agama adalah satu realitas yang sangat kompleks. Kompleks memuat berbagai macam entitas. Dalam satu kondisi yang normal, agama memuat seperangkat nilai moral yang di harapkan akan membingkai kehidupan manusia dengan moralitas, spiritualitas dan leih dari itu, agama juga menawarkan satu bingkai transcendental dalam kehidupan manusia. Tetapi tidak jarang, agaa juga lahir dalam satu konteks yang sangat menjemukan, menyeramkan dan bahkan menjadi sumber bencana pada level-level sosiologis, histories, dan praksis. Kondisi inilah yang memaksa sejumlah cendikiawan muslim mencoba untuk menafsir ulang pemahaan tentang islam yang selama ini sudah mapan di pahami oleh kebanykan orang. Gagasan islam transformatifnya muslim Abdurrahman, islam keadilan masdar farid mas’udi, islam actual jalaludin rakhmat, islam substantive azyumardi azra, islam yang memuminya syafi’I ma’rif, islam cultural munir mulkhan, islam pribuminya gusdur adalah contoh menghadirkan islam sebagai geakan social dan sebagai usaha yang panjang untuk menemukan solusi dari kompleksitas masalah-masalah yang di hadapi.
Dalam diskursus keagamaan kontemporer sebagaimana di jelaskan amin Abdullah ketika memberikan pengantar di salah satu buku karya M.SHOFAN “jalan ketiga pemikiran islam” mengatakan bahwa ‘agama” ternyata mempunyai banyak wajah (multi faces) dan bukan lagi seperti orang dulu memahaminya, yakni hanya semta-mata terkait dengan persoalan ketuhanan, kepercayaan, keimanan, kredo, pedoman hidup, ultimate concern dan seterusnya. Namun agama juga terkait erat dengan persoalan-persoalan histories cultural yang juga merupakan” de keniscayaan manusia belaka. Adanya campur aduk dan berkait berkelindannya “agama” dengan berbagai “kepentingan” social kemasyaarkatan pada level histories empiris merupakan salah satu persoalan keagamaan kontemporer yang paling rumit untuk di pecahkan. Terlalu rigid dan kakunya ketika memaha,I pesan-pesan keagamaan tidak jarang membuat agama begitu sanngat mengerikan. Lahirnya kaum fndamentalis adalah buah dari pemahaman yang sangat tekstualis dalam memperlakukan teks. Lihat saja peristiwa runtuhnya menara kembar WTC new york 11 septemer 2001, di susul bom Bali I (12 oktober 2002) yang menewaskan 202 orang, bom di hotel JW.MARRIOT (5 agustus 2003), bom di depan kedubes Australia di jalan HR.Rasuna sai’d Jakarta (9 september 2004) serta bom Bali jilid II (1 oktober 2005).
Fenomena fundamentalisme dan terorisme agama menjadi ancaman sangat serius bagi masyarakat modern. Fenomena berbagai bencana dan tragedy kemnusiaan yang melibatkan agama menurut Kimball sebagaimana yang di kutip M.shofan, tidak lain adalah akibat terjadinya pembusukan dan pengorupsian agama. Setidaknya, menurut dia terdapat lima tanda proses pembusukan dan pengorupsian agama. Pertama, klaim kebenaran. Adanya klaim ini pada gilirannya mendegradasi pemahaman kita terhadap ke- segala –MAHA-an Tuhan. Biasanya hal ini di sebabkan pemeluk agama meyakini bahwa kitab suci mereka memang mengajarkan kebenaran monolitik (tunggal). Kedua, ketaatan buta fideisme terhadap pemimpin agama. Munculnya gerakan-gerakan keagamaan radikal seperti people temple pimpinan jim jones ddi Guyana atau aum shinrikyo di bawah pimpinan david kores di teksas tak elak dari ketaatan buta ini. Ketiga, upaya-upaya membangun zaman ideal. Dalam hal ini Kimball mengaskan jika visi agama tentang zaman ideal itu du wujudkan dan para pemeluknya meyakininya sebagai kehendak Tuhansendiri, maka sebenarnya agama telah terkorup dan karenanya jahat. Keempat, tujuan menghalalkan segala cara. Tanda ini biasanya terjadi pada komponen-komponen agama, baik berkaitan identitas maupun institusi agama. Ambisi menunjukkan identitas agama Kristen, misalnya, telah mengakibatkan pembantaian orang yahudi pada masa nazi. Kelima, adanya ide perang suci yang di anggap seagai jalan menegakkan perintah suci Tuhan yang di anggap pelakunya sebagai jalan suci.
Lahirnya kondisi sepeti itu, tidak terlepas dari hasil pemahaman mereka dalam menginterpretasikan teks suci yang sanngat kaku dan rigid. Akibatnya terjadinya penyempitan makna teks suci oleh para penafsir-penafsir tersebut. Dengan kondisi yang demikianlah penulis berinisiatif untuk memulis makalah ini.
Selasa, 22 Februari 2011

0
Jurnalistik Praktis

Jurnalistik telah banyak memberi kontribusi bagi perkembangan media massa. Berkat jurnalistik, kemajuan teknologi bisa dibaca oleh banyak orang. Jurnalistik merupakan dunia yang mengasyikkan dan memberi banyak manfaat terutama untuk pengambangan skill. Pelajar dan mahasiswa pun perlu dikenalkan dan diakrabkan dengan dunia jurnalistik.
Sebagai bagian dari kelompok terdidik, pelajar dan mahasiswa juga harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan potensi dalam dirinya. Salah satunya adalah dalam dunia tulis menulis. Jurnalistik sebagai bagian dari dunia tulis menulis memberi kesempatan kepada pelajar di dalam meningkatkan skills sebagai pelajar. Salah satunya adalah skills dalam mengelola dunia jurnalistik.
Perlunya pelajar dalam mendalami jurnalistik, khususnya jurnalistik media (koran, majalah) akan membawa dampak positif. Salah satunya adalah ketrampilan mereka di dalam mengelola media massa. Dengan memiliki ketrampilan di dalam mengelola media massa, maka peluang remaja untuk terjun di dalam dunia jurnalistik akan terbuka lebar.
Jurnalitik merupakan bagian dari dunia pelajar yang tidak asing lagi. Di Perguruan Tinggi mereka telah dikenalkan tulis menulis dan pembuatan karya ilmian maupun esai. Dengan dasar kemampuan yang telah ditanamkan diranah kemahasiswaan akan memudahkan mahasiswa di dalam mengenal dunia jurnalistik dalam tingkat yang lebih maju.
Jumat, 18 Februari 2011

0
“SMS CINTA ROMANTIS”

=====================================================>
Cinta hadir bukan untuk dimiliki,, tapi dititipkan dalam hati untuk dijaga,, ketika kita sudah bisa menjaga anugrah itu,,
Suatu saat,, kita akan menyadari bahwa kita juga di cintai..
=====================================================>
Jika dalam hati tersimpan rasa,, untuk apa ada kebohongan ,,
hanya karna tak mampu tuk mengucap,, semuanya pun sirna,, dan berakhir dengan penyesalan.
=====================================================>
Cinta itu seperti barang berharga,, pas kita lagi sayang2-nya tiba2 dia pergi..
dan pada saat dicari sulit ditemukan..
=====================================================>
Bila kamu sedih,, bahu ini slalu siap untuk kamu pinjam..
Bila kamu gembira,, bibir ini slalu siap untuk ikut tersenyaum..
karna disaat apapun,, aku akan slalu siap untukmu..
=====================================================>
Cinta itu hanya istimewa,,
bila kamu berikan kepada seseorang yang layak menerimanya..
karna cinta bukan mencari seseorang yang sempurna,,
tapi menemukan seseorang yang mampu menjadikan dirimu sempurna..
=====================================================>
Rangkulah orang yang kamu sayang,, saat dia masih disisimu..
peluk dia,, saat masih bersamamu..
karna kita baru akan menyadari,,
betapa berartinya dia ketika dia telah pergi untuk selamanya..
=====================================================>
Kebahagiaan sejati itu,,
hadir bukan pada saat kita mendapatkan orang yang kita cintai..
tapi kebahagiaan sesungguhnya adalah,,
ketika kita rela berkorban,, mengalah,, dan menderita untuknya..
=====================================================>
Kenangan itu ga bisa dilupain,,
tapi cuma bisa dihilangkan,, itu juga buat sementara..
karna pada suatu saat nanti,, adakalanya kita ingat dia lagi,, dan itu wajar..
tapi kita harus beranggapan itu cuma kenangan bukan harapan..
=====================================================>
Jadikan dirimu seperti bintang dilangit,,
walau jauh,, dia tetap ada..
meski kadang menghilang,, dia tetap bercahaya..
tak mungkin dapat dimiliki,, tapi tak bisa dilupakan..
slalu ada dalam hati selamanya..
=====================================================>
Cinta tak selamanya menangis,, dan juga tak selamanya tertawa..
tapi cinta adalah,,
saat kamu merasa kehilangan dia,, dan menginginkan dia slalu ada bersamamu..
=====================================================>
Saat kesedihan mengisi hari2mu.. saat airmata menetes di pipimu,,
beri tau aku..
karna saat itu aku ingin berada di dekatmu,,
karna aku ingin menjadi seseorang yang berarti buatmu..
=====================================================>
Saat kamu benar2 mencintai dan menyanyangi seseorang..
jangan pernah membuat dia menangis, buatlah dia selalu tersenyum..
sebab,, kamu ga akan pernah tau,, seberapa berharganya dia..
sebelum kamu benar2 kehilangan dia..
=====================================================>
Kenapa tuk dapat satu kebahagiaan,, harus ada pengorbanan..
kenapa tuk dapat tersenyum,, harus ada airmata..
kenapa tuk dapat bersatu,, harus ada perpisahan..
kenapa tuk menyanyangi,, harus ada kehilangan..
kenapa..??
=====================================================>
Cinta itu mengerti,, saat kamu bilang “Aku lupa”
menunggu,, saat kamu bilang “Sebentar yach”
Menguatkan,, saat kamu bilang “Aku ga sanggup lagi”
dan tersenyum,, sebelum kamu bilang “maafin aku yach..”
=====================================================>
Bila cinta harus berakhir dengan kepedihan..
jangan pernah menyesal dengan sebuah pertemuan..
karna..
orang yang membuatmu sedih..
adalah orang yang pernah membuatmu bahagia..
=====================================================>
Saat cinta mengetuk pintu hati..
tak ada yang dapat dilakukan,, kecuali berbicara dengan hati kecil..
saat cinta datang dan pergi tanpa kata..
tak ada yang dapat terucap,, kecuali tetesan airmata..
=====================================================>
Cinta yang tulus adalah..
Cinta yang berani terbang,, meski tau akan terjatuh..
Berani berharap,, meski tau akan kecewa..
Berani mencintai,, meski tau akan terluka..
dan berani berkorban,, meski tau akan sia-sia..
=====================================================>
Selama kamu mencintai seseorang dengan tulus..
Jangan pernah menganggap perih yang kamu rasakan itu menyakitkan..
Tapi jadikanlah itu sebuah pengorbanan ..
Karna cinta yang tulus itu ga pernah mengharapkan apapun..
=====================================================>
Cinta sejati adalah..
Ketika kamu menitikan airmata untuknya ketika dia mencintai orang lain,,
dan kamu masih bisa tersenyum,, dan berkata “aku bahagia untukmu”..
=====================================================>
Jika kamu mencintai seseorang,, cintailah dengan sederhana..
Karna mungkin akan menjadi seorang yang paling kamu benci..
Dan jika kamu membenci seseorang,, bencilah dengan sederhana juga..
Karna mungkin akan menjadi orang yang paling kamu cintai..
=====================================================>
Rasa sayang kita dapat terlihat,,
bila seseorang yang kita sayangi dapat mengerti perasaan kita..
Rasa sayang pun akan hilang,, saat seseorang yang kita sayangi mengecewakan dan ga pernah mengerti apa yang sebenernya kita rasakan..
=====================================================>
Yang membuat kita sedih adalah,,
melihat orang yang kita sayangi menyayangi orang lain..
tapi ada hal yang lebih menyedihkan adalah,,
melihat orang yang kita sayangi pura2 menyayangi kita, hanya untuk buat kita tersenyum..
=====================================================>
Lepas dari seseorang,, bukan berarti membenci..
Lepas dari orang yang kita sayang,, bukan berarti sakit hati..
Lepas dari orang yang kita cintai,, berarti kita harus mulai berjuang untuk tersenyum kembali..
=====================================================>

Itu sebagian koleksi SMS Cinta romantis yang pernah masuk di Inbox gue, sebenernya masih banyak SMS Cinta yang nongkrong di garasi hape gue, tapi kalo gue tulis semua takut ga muat, n’ lumayan cape juga ngetik -nya. mungkin kamu mau nambahin juga monggo, ditunggu yach.. :-B capedeh..

Thanks buat yang pernah SMS gue..
Jumat, 04 Februari 2011

0
SEJARAH NDP

1. SEJARAH PERUMUSAN NDP
Dalam pembabakan sejarah HMI, tahun-tahun 1964-1965 merupakan fase tantangan yaitu masa ketika HMI mendapat tantangan yang terus-menerus dari pihak komunis, fase ini juga dikenal dengan fase pengganyangan HMI oleh komunis. Pada masa itu, ketika kekuatan PKI semakin membesar, mereka mengariskan kebijakan baru terhadap HMI yang dianggapnya sebagai penghalang dalam berbagai maksud dan tujuan mereka. Hal ini berarti HMI harus bubar dan diyatakan sebagai organisme terlarang. Dalam pehitungan PKI seandainya HMI tidak bubar sampai saat G 30 S, maka jika kondisi berbalik, yaitu HMI akan menumpas PKI sebagai mana yang terjadi di Madiun yang saat itu HMI tampil dengan Corps Mahasiswa-nya.
Pada tahun 1964-1965 suasana sosial politik Indonesia dikuasai oleh kerangka piker Marxisme. Semua persoalan baik politik maupun social harus dibahas dalam kerangka Marxisme. Apalagi partai-partai Islam seperti NU, PSI dan PERTI sudah berada dalam payung NASAKOM dan selalu memberikan justifikasi kepada kebijakan pemerinta. Sehingga ketiga partai Islam tersebut kelihatan sudah kehilangan identitasnya.
Satu hal yang menarik, yaitu pertentangan ideologis yang dialami oleh HMI yang menjadi bagian umat Islam dengan GMNI, CGMI, dan GEMSOS serta 0rganisasi kepemudaan lainnya yang berorientasi sosialis-komunis dan bagian dari kaki tangan PKI sebagai partai dominan. Inisiatif terbesar dipegang oleh orang-orang sosialis-komunis yang sudah barang tentu ideologi mereka bertentangan ideologi HMI.
Oleh karena itu arah pemikiran HMI berusaha untuk menghadang ofensif kaum sosialis-komunis dengan rumusan baku yang disebut dengan kepribdian HMI, yang kemudian dikukuhkan melalui kongresVII di Jakarta pada Tahun 1963. kemudian pada tahun 1965, CakNur (Nurcholis Madjid) menyusun makalah yang diberi judul Dasar-dasar Islamisme. Makalah ini kemudian dicerahkan dalam training-training HMI dimana-mana.
Pada Kongres VIII di Solo, cak Nur terpilih sebagai Ketua Umum HMI dan salah satu rekomendasinya adalah membenahi dan menyempurnakan konsep kepribadian HMI menjadi Garis-Garis Pokok perjuangan (GPP) HMI.
Usaha-usaha merumuskan pegangan ideologis bagi HMI akhirnya dihasilkan. Hasil penelaahan dan kerja keras tersebut akhirnya dalam kongres IX di Malang melahirkan rumusan awl Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI. Kongres juga memberikan mandat kepada Nurcholis Madjid, Endang Syaifudin Anshari Anshari dan Saqib Mahmud untukmerumuskan (membenahi dan menyempurnakan ) kembali jika ditemui hal-hal yang kurang.
NDP hasil kongres di Malang adalah merupakan penjabaran dari pasal 3AD HMI tentang dasar organisasi, yaitu Islam. Dan pada tahun 1985 di Indonesia diberlakukan Undang-Undang No. 8/1985, tentang organisasi kemasyarakatan yang salah satu pasalnya berbunyi : HMI menghimpun Mahasisiwa Islam yang beridentitaskan Isalam dan bersumber pada Al Qur’an dan As’Sunnah, sedang pasal 4 berbunyi : organisasi ini berasaskan Pancasila. Dengan demikian untuk menjabarkan pasal identitas islam rumusan NDP diubah tidak dalam substansinya hanya dalam namanya saja menjadi Nilai Identitas Kader (NIK) HMI.
Gerakan reformasi 1998 telah membawa angin kebebasan (liberalisasi politik). Seiring denga proses liberalisasi tersebut, berbagai gerakan sosial di Indonesia menemukan momentumnya untuk kembali mempertegas identitasnya masing-masing, tak terkecuali HMI. Kongres HMI XXII tahun 1999 di Jambi menghasilkan beberapa keputusan mendasar bagi organisasi yakni ‘kembalinya’ HMI menjadi organisasi yang berasas Islam dengan peran sebagai organisasi perjuangan. Rumusan NIK-pun menglami perubahan nama, meskipun tidak ada perubahan dari segi substansi, menjadi NDP seperti sedia kala.

2. KEDUDUKAN DAN ARTI PENTING NDP DALAM ORGANISASI HMI
Semangat ke-Islaman yang menyertai suasana kelahiran HMI, mengharuskan HMI menjadikan islam sebagai roh dan karakternya. Semangat kesejarahan ini memberikan pengertian bahwa dalam keadaan bagaimanapun HMI tidak dapat melepaskan keterikatannya pada ajaran –ajaran Islam. Islam telah menjadi kodrat dan fitrah HMI sejak awal kelahirannya. Bagi HMI, Islam diyakini sebaagai kebenaran yang baik dan haq, tidak ada lagi kebenaran selain Islam.
Sebagai pengakuan keyakinan akan kebenaran Islam secara yuridis, HMI meletakkan Nilai Islam dalam Muqoddimah AD HMI. Pengakuan Islam sebagai ajaran yang Haq dan ajaran yang sempurna dalam muqoddimah AD HMI, mengandung pengertian bahwa islam akan selalu menjiwai aturan-aturan pokok dan kebijakan organisasi yang menjadi pedoman dalam melakukan aktifitas organisasi.



Penerimaan Islam bagi HMI adalah untuk memberikan pedoman pada para anggotanya bagaimana kehidupan manusia yang benar dan fitri, kehidupan yang benar adalah kehidupan manusia yang fitri sesuai dengan fitrahnya, yaitu paduan yang utuh antara aspek duniawi dan Ukhrawi, individual dan social, serta Integralisasi antara iman, ilmu dan amal dalam mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
Kesempurnaan ajaran islam, oleh HMI dijadikan prinsip-prinsip ajaran yang pokok menjadi system nilai dasar yang berfungsi mengarahkan dan memagari cara berfikir dan bertindak setiap anggota HMI , sehingga dengan demikian setiap kader HMI mempunyai wawasan keislaman berkenaan dengan hidup dan memaknai kehidupan. Untuk memberikan pedoman yang sama bagi setiap kader HMI supaya mempunyai wawasan keislaman yang identik yang pada gilirannya akan mempunyai gerak langkah organisasi yang sama guna menegakkan kebenaran didunia dalam rangka mencapai kebahagian, keharmonisan dan keselamatan dunia dan akhirat. Maka dirumuskanlah nilai dasar tersebut dalam sebuah pedoman organisasi yang diberi nama Nilai Identitas Kader (NIK). Dengan demikian NIK merupakan kerangka pemahaman HMI terhadap ajaran-ajaran pokok Islam yang dirumuskan secara sistematis, Utuh yang berdasarkan Al Qur’an dan As’sunnah.
Kedudukan dan peranan NIK yang strategis mendorong HMI untuk secara terus – menerus menyuburkan pemahaman, penghayatan dan dan pengamalan ajaran islam, yang keraangka dasarnya terkandung dalam NIK, sehingga mampu membingkai karakter identitas dan organisasi pada karakter identitas dan organisasi pada kader HMI. Dorongan tersebut yang merupakan tuntutan dan kebutuhan HMI dalam memanifestasikan ajaran Islam, semakin mendesak jika dikaitkan dengan gejala-gejala perubahan sosial yang begitu cepat. 1. SEJARAH PERUMUSAN NDP
Dalam pembabakan sejarah HMI, tahun-tahun 1964-1965 merupakan fase tantangan yaitu masa ketika HMI mendapat tantangan yang terus-menerus dari pihak komunis, fase ini juga dikenal dengan fase pengganyangan HMI oleh komunis. Pada masa itu, ketika kekuatan PKI semakin membesar, mereka mengariskan kebijakan baru terhadap HMI yang dianggapnya sebagai penghalang dalam berbagai maksud dan tujuan mereka. Hal ini berarti HMI harus bubar dan diyatakan sebagai organisme terlarang. Dalam pehitungan PKI seandainya HMI tidak bubar sampai saat G 30 S, maka jika kondisi berbalik, yaitu HMI akan menumpas PKI sebagai mana yang terjadi di Madiun yang saat itu HMI tampil dengan Corps Mahasiswa-nya.
Pada tahun 1964-1965 suasana sosial politik Indonesia dikuasai oleh kerangka piker Marxisme. Semua persoalan baik politik maupun social harus dibahas dalam kerangka Marxisme. Apalagi partai-partai Islam seperti NU, PSI dan PERTI sudah berada dalam payung NASAKOM dan selalu memberikan justifikasi kepada kebijakan pemerinta. Sehingga ketiga partai Islam tersebut kelihatan sudah kehilangan identitasnya.
Satu hal yang menarik, yaitu pertentangan ideologis yang dialami oleh HMI yang menjadi bagian umat Islam dengan GMNI, CGMI, dan GEMSOS serta 0rganisasi kepemudaan lainnya yang berorientasi sosialis-komunis dan bagian dari kaki tangan PKI sebagai partai dominan. Inisiatif terbesar dipegang oleh orang-orang sosialis-komunis yang sudah barang tentu ideologi mereka bertentangan ideologi HMI.
Oleh karena itu arah pemikiran HMI berusaha untuk menghadang ofensif kaum sosialis-komunis dengan rumusan baku yang disebut dengan kepribdian HMI, yang kemudian dikukuhkan melalui kongresVII di Jakarta pada Tahun 1963. kemudian pada tahun 1965, CakNur (Nurcholis Madjid) menyusun makalah yang diberi judul Dasar-dasar Islamisme. Makalah ini kemudian dicerahkan dalam training-training HMI dimana-mana.
Pada Kongres VIII di Solo, cak Nur terpilih sebagai Ketua Umum HMI dan salah satu rekomendasinya adalah membenahi dan menyempurnakan konsep kepribadian HMI menjadi Garis-Garis Pokok perjuangan (GPP) HMI.
Usaha-usaha merumuskan pegangan ideologis bagi HMI akhirnya dihasilkan. Hasil penelaahan dan kerja keras tersebut akhirnya dalam kongres IX di Malang melahirkan rumusan awl Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI. Kongres juga memberikan mandat kepada Nurcholis Madjid, Endang Syaifudin Anshari Anshari dan Saqib Mahmud untukmerumuskan (membenahi dan menyempurnakan ) kembali jika ditemui hal-hal yang kurang.
NDP hasil kongres di Malang adalah merupakan penjabaran dari pasal 3AD HMI tentang dasar organisasi, yaitu Islam. Dan pada tahun 1985 di Indonesia diberlakukan Undang-Undang No. 8/1985, tentang organisasi kemasyarakatan yang salah satu pasalnya berbunyi : HMI menghimpun Mahasisiwa Islam yang beridentitaskan Isalam dan bersumber pada Al Qur’an dan As’Sunnah, sedang pasal 4 berbunyi : organisasi ini berasaskan Pancasila. Dengan demikian untuk menjabarkan pasal identitas islam rumusan NDP diubah tidak dalam substansinya hanya dalam namanya saja menjadi Nilai Identitas Kader (NIK) HMI.
Gerakan reformasi 1998 telah membawa angin kebebasan (liberalisasi politik). Seiring denga proses liberalisasi tersebut, berbagai gerakan sosial di Indonesia menemukan momentumnya untuk kembali mempertegas identitasnya masing-masing, tak terkecuali HMI. Kongres HMI XXII tahun 1999 di Jambi menghasilkan beberapa keputusan mendasar bagi organisasi yakni ‘kembalinya’ HMI menjadi organisasi yang berasas Islam dengan peran sebagai organisasi perjuangan. Rumusan NIK-pun menglami perubahan nama, meskipun tidak ada perubahan dari segi substansi, menjadi NDP seperti sedia kala.

2. KEDUDUKAN DAN ARTI PENTING NDP DALAM ORGANISASI HMI
Semangat ke-Islaman yang menyertai suasana kelahiran HMI, mengharuskan HMI menjadikan islam sebagai roh dan karakternya. Semangat kesejarahan ini memberikan pengertian bahwa dalam keadaan bagaimanapun HMI tidak dapat melepaskan keterikatannya pada ajaran –ajaran Islam. Islam telah menjadi kodrat dan fitrah HMI sejak awal kelahirannya. Bagi HMI, Islam diyakini sebaagai kebenaran yang baik dan haq, tidak ada lagi kebenaran selain Islam.
Sebagai pengakuan keyakinan akan kebenaran Islam secara yuridis, HMI meletakkan Nilai Islam dalam Muqoddimah AD HMI. Pengakuan Islam sebagai ajaran yang Haq dan ajaran yang sempurna dalam muqoddimah AD HMI, mengandung pengertian bahwa islam akan selalu menjiwai aturan-aturan pokok dan kebijakan organisasi yang menjadi pedoman dalam melakukan aktifitas organisasi.



Penerimaan Islam bagi HMI adalah untuk memberikan pedoman pada para anggotanya bagaimana kehidupan manusia yang benar dan fitri, kehidupan yang benar adalah kehidupan manusia yang fitri sesuai dengan fitrahnya, yaitu paduan yang utuh antara aspek duniawi dan Ukhrawi, individual dan social, serta Integralisasi antara iman, ilmu dan amal dalam mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
Kesempurnaan ajaran islam, oleh HMI dijadikan prinsip-prinsip ajaran yang pokok menjadi system nilai dasar yang berfungsi mengarahkan dan memagari cara berfikir dan bertindak setiap anggota HMI , sehingga dengan demikian setiap kader HMI mempunyai wawasan keislaman berkenaan dengan hidup dan memaknai kehidupan. Untuk memberikan pedoman yang sama bagi setiap kader HMI supaya mempunyai wawasan keislaman yang identik yang pada gilirannya akan mempunyai gerak langkah organisasi yang sama guna menegakkan kebenaran didunia dalam rangka mencapai kebahagian, keharmonisan dan keselamatan dunia dan akhirat. Maka dirumuskanlah nilai dasar tersebut dalam sebuah pedoman organisasi yang diberi nama Nilai Identitas Kader (NIK). Dengan demikian NIK merupakan kerangka pemahaman HMI terhadap ajaran-ajaran pokok Islam yang dirumuskan secara sistematis, Utuh yang berdasarkan Al Qur’an dan As’sunnah.
Kedudukan dan peranan NIK yang strategis mendorong HMI untuk secara terus – menerus menyuburkan pemahaman, penghayatan dan dan pengamalan ajaran islam, yang keraangka dasarnya terkandung dalam NIK, sehingga mampu membingkai karakter identitas dan organisasi pada karakter identitas dan organisasi pada kader HMI. Dorongan tersebut yang merupakan tuntutan dan kebutuhan HMI dalam memanifestasikan ajaran Islam, semakin mendesak jika dikaitkan dengan gejala-gejala perubahan sosial yang begitu cepat.

A. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN

Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.




Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.

Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan peradaban.

Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber nilai sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan Allah.

Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.

Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi namun tidak bertentangan denga insting dan indera.

Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu pengajaran atau pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia. Tetapi sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai ketingkat yang tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para Nabi dan Rosul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rosul dan nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW. Muhammad adalah Rosul penghabisan, jadi tiada Rosul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rosul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan.

Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain. Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah Rosul Allah. Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas menerangkan secara singkat ; katakanlah : "Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa. Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun dan seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru sekalian Alam.

Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin, dan "kemanapun manusia berpaling maka disanalah wajah Tuhan". Dan "Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada". Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.
Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka sekaligus Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya ; sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada kebenaran dan mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya ". Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain).

Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan pasti. Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung kebaikan pada diriNya dan teratur secara harmonis. Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya. Maka alam dapat dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri.
Jika kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana. Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut daripada filsafat materialisme.

Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi. Sebagai mahluk tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi. Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya. Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau "rajanya".
Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri. Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan. Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah "perubahan dan perkembangan", sebab : segala sesuatu ini adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses yang tiada henti-hentinya. Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu. Di dalam memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu. Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan kebenarannya.

Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman dan ilmu. Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu sedangkan bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah). Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat ketuhanan. Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi) haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah Yang Maha Esa.

Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik" artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban, kemanusiaan menuju kebenaran.
Sesudahnya atau kehidupan duniawi ini ialah "hari kiamat". Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama", atau yaumuddin, dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja. Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis, seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi atas segala perbuatannya dahulu didalam sejarah.
Selanjutnya kiamat merupakan "hari agama", maka tidak yang mungkin kita ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya.

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN

Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief).

"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia sejati.
Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya. Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit. Nilai hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan. Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan baik yang mengenai alam maupun masyarakat yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya. Dia diliputi oleh semangatmencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan. Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan (widom, hikmah).
Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya. Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan pemaaf. Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang lebih baik.

Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri,menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.

Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan rokhani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun dunia akherat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni. Suatu pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih rendah (pamrih). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberikannya kebahagiaan. Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan kebahagiaan.
Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari hati nurani yang hanief atau suci.

C. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVERSAL (TAKDIR)

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal sekaligus. Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruknya dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban perseorangan (mutlak). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun sifat sekunder , ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam. Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan Universal " atau "kepastian hukum " dan takdir. 3) jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya?

Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.
Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan dirinya sendiri. Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.
Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang universal itu.

D. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN KEMANUSIAAN

Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia dengan dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tatapi jelas pula bahwa tujuan manusia hidup merdeka dengan segala kegiatannya ialah kebenaran. Oleh karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.

Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan apabila demikian maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu maka tujuan hidup yang terakhir dan mutlak ialah kebenaran terakhir dan mutlak sebagai tujuan dan tempat menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak itu ?. Ada, sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada. Karena sikapnya yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah pasti kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula.

Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut kebenaran mutlak itu "Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian bab I, Tuhan itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah. Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan segala kebenaran. Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan YME. Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau "ridho" daripada-Nya. Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada Tuhan semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah karena nilai kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah" itulah yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan.
Kata "iman" berarti percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME. Pelakunya disebut "Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan diri kepada Tuhan YME. Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial dan terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.
Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah keseluruhan (totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki seluruh dunia ini dalam arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin dalam menciptakan dan menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban kebudayaan.

Pembagian kemanusiaan tidak selaras dengan dasar kesatuan kemanusiaan (human totality) itu antara lain, ialah pemisahan antara eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara kegiatan duniawi dan ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan agama. Demikian pula sebaliknya, anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya membela kemanusiaan seseorang menjadi : manusia sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen dan harmonis pada dirinya sendiri : jadi berlawanan dengan kemanusiaan.
Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan konkrit dan nyata. Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan, keindahan dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia "amal saleh" (harafiah: pekerjaan yang selaras dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman. Jadi Ketuhanan YME memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena kemanusiaan adalah kelanjutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak ada perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa Ketuhanan adalah tidak sejati. Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME dan semangat mencari ridho daripada-Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh. Dasar selain itu pasti goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradabannya.

"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara harafiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kebenaran baik kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan. Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan dilakukan orang karena syirik. Sebab dalam melakukan kejahatan itu dia menghambakan diri kepada motif yang mendorong dilakukannya kejahatan tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Demikian pula karena syirik seseorang mengadakan pamrih atas pekerjaan yang dilakukannya. Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu sendiri dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran, tetapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.
"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang menghambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia maupun alam disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi setingkat dengan Tuhan.

Demikian pula seseorang yang menghambakan (sebagaimana dengan jiran atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya sendiri setingkat dengan Tuhan.
Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya yang wajar, seseorang yang adil (wajar) ialah yang memandang manusia. Tidak melebihkan sehingga menghambakan dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik (ikhsan) maka kebutuhan menimbulkan sikap yang adil kepada manusia.

E. INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah masing-masing pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan itu. Juga telah dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak mungkin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa berada ditengah sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan tertentu. Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan lainnya. Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri : sebab kenyataan yang penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda.

Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyarakat adalah suatu keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggota saja. Namun sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungannya dan bakatnya. Namun inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna dengan kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya, tetapi pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan dilakukan orang karena mengikuti hawa nafsu. Ancaman atas kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggotanya ialah keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk lebih satu orang, kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak terbatas hanya berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas yang lemah (perbudakan dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak bagi orang lain untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan tingkat yang sama. Anggota masyarakat harus saling menolong dalam membentuk masyarakat yang bahagia.
Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah bukanlah penyerahan pasif, tetapi sejarah ditentukan oleh manusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik) bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung manusia.

Manusia merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar. Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian (sesudah sejarah). Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang bertanggung jawab dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk masyarakat semakin ia mendekati tujuan. Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya persamaan dan kehormatan bagi setiap orang.

F. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI

Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu dengan masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan dicirikan dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya. Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam itu satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi. Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam masyarakat. Siapakah yang harus menegakkan keadilan dalam masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan.
Kualitas yang harus dipunyai, rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pemimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya dan dalam jangka waktu yang sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggung jawab sosial.

Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud semula dan fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah ialah guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai manusia sebaliknya setiap orang mengambil bagian pertanggungjawaban dalam masalah-masalah atas dasar persamaan yang diperoleh melalui demokrasi.

Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri. Oleh karena itu pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan dan martabat kemanusiaan tidak terganggu. Kekuatan yang sebenarnya didalam negara ada ditangan rakyat, dan pemerintah harus bertanggung jawab pada rakyat.

Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu) adalah kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia. Menegakkan keadilan amanat rakyat kepada pemerintah yang musti dilaksanakan. Disadari oleh sikap hidup yang benar, ketaatan kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan ketaatan kepada Tuhan (kebenaran mutlak). Pemerintah yang benar dan harus ditaati ialah mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan YME.

Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekeyaan diantara anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat bagian yang wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal batas-batas individual, sejarah merupakan perjuangan dialektis yang berjalan tanpa kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh ketidakserasian antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa dilain pihak. Karena kemerdekaan tak terbatas mendorong timbulnya jurang-jurang pemisah antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses selanjutnya yaitu bila sudah mencapai batas maksimal pertentangan golongan itu akan menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan membinasakan kemanusiaan dan peradabannya.

Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan kemiskinan akan terjadi dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan fisik maupun mental namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan perwujudan dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin dijadikan sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran kezaliman, orang-orang miskin berada dipihak yang benar. Pertentangan antara kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang menjalankan kezaliman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menag terhadap kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak terhindar bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan dalam masyarakat.

Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang dapat memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya karena kemiskinan, kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat kemampuannya untuk memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh karena itu menegakkan keadilan mencakup pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha akumulasi kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat. Sesudah syirik kejahatan terbesar kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan beserta penggunaanya yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum, tidak mengikuti jalan Tuhan. Maka menegakkan keadilan inilah membimbing manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat (amar ma'ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-restriksi atau cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan itu. Cara yang tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf dihalalkan) sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang munkar diharamkan).

Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama nilainya dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata.
Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat diperbudaknya antara lain oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi pada majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah yang menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan.
Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi juga melalui pendidikan yang intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai kebenaran dan menyadari secara mendalam akan andanya tuhan. Sembahyang merupakan pendidikan yang kontinue, sebagai bentuk formil peringatan kepada tuhan. Sembahyang yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana ia mencegah kekejian dan kemungkaran. Jadi sembahyang merupakan penopang hidup yang benar. Sembahyang menyelesaikan masalah - masalah kehidupan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu kebutuhan sepiritual berupa pengabdian yang bersifat mutlak.

Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan.
Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan. Dalam masyarakat, yang adil mungkin masih terdapat pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi hal itu terjadi dalam batas - batas kewajaran dan kemanusian dengan pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan dibenarkannya pemilikan pribadi (Private ownership) atas harga kekayaan dan adanya perbedaan - perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan - kemampuan pribadi, fisik maupun mental. Walaupun demikian usaha - usaha kearah perbaikan dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus dijalankan oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang - orang kaya dalam jumlah presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin.

Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah, dan halal saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat tetapi harus dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak lagi didapati cara memperoleh kekayaan secara haram, diman penindasan atas manusia oleh manusia dihapus.
Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu diperoleh, juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah berhak mengajukan konfikasi.

Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam batas - batas tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi rata - rata atau israf pertentangan dengan perikemanusiaan. Kemewahan selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam masyarakat membuat akibat destruktif. Sebaliknya penggunaan kurang dari rata-rata masyarakat ( taqti) merusakkan diri sendiri dalam masyarakat disebabkan membekunya sebagian dari kekayaan umum yang dapat digunakan untuk manfaat bersama.
Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan. Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar dari padanya.

Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai mana amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum. Maka kalau terjadi kemiskinan, orang - orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang - orang kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga. Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan dorongan. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi-pribadi agar diandan keluarganya dapat mengatur hidupnya secara terhormat sesuai dengan kainginan-keinginannya untuk dapat menerima tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya. Dalam prakteknya, hal itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang mudah dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang pantas.

G. KEMAJUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan , dapatlah dikumpulkan dengan pasti bahwa inti dari pada kemmanusiaan yang suci adalah Iman dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh

1). Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya kebenaran mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa , serta menjadikanya satu-satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir dan mutlak. Sikap itu menimbulkan kecintaan tak terbatas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan yang menyatakan dirinya dalam sikap pri kemanusiaan. Sikap pri kemanusiaan menghasilkan amal saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan dan meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna untuk sesamanya. Tapi bagaimana hal itu harus dilakukan manusia ?.
Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah gerakan kedepan demikian pula perjalanan ummat manusia atau sejarah adalah gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam kehidupan relatif adanya berlaku untuk suatu tempat dan suatu waktu tertentu.
Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali tujuan akhir dari segala yang ada yaitu kebenaran mutlak (Tuhan).

2). Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Tuhan.

3). Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari pada gerak maju kedepan (progresif). Dia adalah dinamis, tidak setatis. Dia bukanlah seorang tradisional, apalagi reaksioner.

4). Dia menghendaki perubahan terus menerus sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencarai kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran-kebenaran itu menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari sejarah umt manusia.

Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan adalah kebenaran mutlak itu sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika mereka telah memahami benar seluruh alam dan sejarahnya sendiri.

5). Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Hanya mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran, yang menyampaikan kepada kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang Maha Esa.

6). Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi.

7).Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar antara manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan. Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya agar dapat menguasai dan menggunakanya bagi kemanusiaan. Sebab alam tersedia bagi ummat manusia bagi kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio.

8). Demikian pula manusia harus memahami sejarah dengan hukum-hukum yang tetap.

9). Hukum sejarah yang tetap (sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan fitrinya dan menemui kehancuran jika menyimpang daripadanya dengan menuruti hawa nafsu.

10). Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus maju kearah yang lebih baik sesuai dengan fitrah adalah masalah pengalaman. Pengalaman ini harus ditarik dari masa lampau, untuk dapat mengerti masa sekarang dan memperhitungkan masa yang akan datang.

11). Menguasai dan mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah umumnya dan membimbingnya kearah kemajuan dan perbaikan.

H. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara garis besar sbb :

Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang benar dalam peradaban dan berbudaya.

Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan, ibadah mendidik individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada agama tanpa adanya hak manusia untuk mencampurinya. Ibadat-ibadat yang terus menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan kedudukannya di tengahh alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia telah melebihkan sehingga kepada kedudukan Tuhan dengan merugikan orang lain, dan tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat perbudakan diri kepada alam maupun orang lain.

Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yanag sungguh - sungguh secara essensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun waktu yang menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti usaha - usaha yang terus menerus harus dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada nilai - nilai yang baik, lebih maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf , disamping usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai - nilai kemanusiaan dan nahi mungkar. Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada umumnya serta usaha - usaha kearah penungkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.

Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat manusia. Oleh sebab itu persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan yang merupakan bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain oleh persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas kepada musuh - musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada orang lain atau golongan lain.

Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkembangan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu, manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada perkembangan peradaban disegala bidang. Dengan perkataan lain, manusia harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia. Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan diantaranya yang terbaik.

Dengan demikian, tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu beriman, berilmu, dan beramal.

Billahitaufiq wal hidayah,
Wassalamuálaikum war.wab.

5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang merupakan kader seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan nasional.
6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda patriotic mengutamakan kepentingan bersama bangsa di atas kepentingan pribadi.
7. Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan menentang penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan manifestasinya.
8. Aktif dalam pembentukan dan peranan umat Islam
Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada :
a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
c. Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)
d. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
e. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
f. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
g. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
h. Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI)
i. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
j. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
k. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)
Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan karena lembaga kekaryaan adalah badan pembantu pimpinan HMI, maka dengan melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan bidangnya masing-masing) haruslah terlebih dahulu dirumuskan dalam suatu musyawarah tersendiri. Musyawarah badan yang selanjutnya disebut rapat kerja itu, bertugas untuk menjabarkan program HMI yang telah diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.
Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan
Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk arah yang jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan Lembaga Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.
Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :
a. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme anggota, sesuai dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan lembaga kekeryaan bertanggung jawab kepada pengurus HMI setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI)
b. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk meningkatkan keahlian para anggota melalui pendidikan, penelitian dan latihan kerja praktis serta darma bakti kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART HMI)

Pedoman Atribut HMI
Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambing dan berbagai macam penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu yang diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut :
HYMNE
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Bersyukur dan Ikhlas
Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin Usaha Sampai
Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq
Bahagia HMI
Berdoa dan Ikrar
Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Qur’an dan hadist
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI
LAMBANG HMI ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
Bentuk huruf alif :
• Sebagai
huruf hidup, lambang optimis kehidupan HMI
• Huruf alif
merupakan angka 1 (satu) lambang,
dasar/semangat HMI
b.Bentuk perisai :
Lambang kepeloporan HMI
c. Bentuk jantung :
Jantung adalah pusat kehidupan manusia, lambang proses
perkaderan HMI
d. Bentuk pena :
Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang
senantiasa haus akan ilmu pengetahuan
e. Gambar bulan bintang : Lambang keimanan seluruh
umat Islam di dunia
f. Warna hijau : Lambang keimanan dan kemakmuran
g. Warna hitam : Lambang ilmu pengetahuan
h. Keseimbangan warna hijau dan hitam : Lambang
keseimbangan, esensi kepribadian HMI
i. Warna putih : Lambang kesucian dan kemurnian
perjuangan HMI
j. Puncak tiga :
• Lambang Iman,
• Islam dan Ikhsan
• Lambang Iman, Ilmu dan Amal
k. Tulisan HMI :
Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam
Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :
a. Lencana/Badge HMI
b. Bendera
c. Stempel
d. Kartu Anggota
e. Papan Nama HMI
f. Gordon/Selempang HMI
g. Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak menyimpang dari lambing dan penggunaannya Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci.
Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :
1. Muts/Peci HMI
2. Baret HMI
Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan
khusus.
Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya
Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat umum, aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya. Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas dalam konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Secara hirarki hukum konstitusi merupakan aturan tertinggi.
 
LAPMI HMI CABANG MATARAM | © 2010 by DheTemplate.com | Supported by Promotions And Coupons Shopping & WordPress Theme 2 Blog